“Berteman dengan cinta, rasanya lautpun
tetiba menjadi manis, meliuk dinamis dan berbuah surga yang tak pernah habis”
(24 februari 2013)
Perjalanan rasa pun dimulai, entah
dari mana asalnya, Allah kirimkan selangit doa yang berhasil mengguncang
langit, kebahagiaan yang tiada terurai dan airmata penuh haru, mentari sahaja
menyambut dengan tawa mesra menggelidik, padahal kemarin pagi, hujan menyambut
hangat dengan deras nya, begitulah kuasa Allah menyambut ahsan prasangka
hambaNya. Yang sedang dimabuk hawa cinta.
Pagi itu manis sekali…
Kau ucap janji suci dihadapan
ratusan orang, malaikat dan penduduk langit menjadi saksi bisu. Dan aku
disampingmu, sesekali melirik dan tersenyum manis sambil berucap lirih, assalamu ‘alaykum, suamiku.. :’)
“Bagi mereka yang mengupayakan cinta, hanya
ada ilkim hangat dan iklim sejuk, meski ada goda aurora dan pelangi
katulistiwa”
“Bagi mereka yang mengupayakan cinta, setiap
musim membagi cindera mata, Kristal salju, kuntum bunga, pasir pantai, serasa
hangat juga payung dan layang-layang”
“Bagi mereka yang mengupayakan cinta ditiap
cuaca, cerah berbagi harapan, awan bersulam rahmat, hujan menanyi rezeki, badai
mengeratkan peluk dan tiba-tiba, surge mengetuk pintu rumah.”
-ust. Salim A Fllah
Hari itu hanya bahagia yang
menyeruak, pertarungan hati dikala cinta dinanti akhirnya terjawab sudah, kini
aku disisimu, berbagi bahagia, berbagi suka, meyelami duka dan kelak menggapai surgaNya bersama.
(24 februari 2014)
Sepertiga
malam menyambut kami, aku yang baru saja terbagun karena bunyi alarm yang
begitu bersahabat perlahan membuka mata. Hanya ada gelap sepanjang penglihatan.
Perlahan kugerakkan tubuhku kesisi kanan agar tak mengganggu janinku, dan
mencoba bangun dari peraduan. Mencari saklar lampu yang letaknya tepat sisi
atas tempat tidur ku. Kutekan perlahan, dan pada saat yang sama terang
benderanglah seisi kamar. Kutatap lekat seisi ruangan dan kudapati wajah teduh
itu di sampingku. Aku, tersenyum ‘pang-ling’ menatapnya, masih dengan senyum
manis dalam tidurnya, kudekati wajah teduhnya, dan kudekatkan bibirku
kejidatnya sambil membangunkannya.
“Selamat satu tahun sayang…”
Begitulah Allah menyatukan dua
hati, bersama prasangka, aku terus membatin,
se-indah inikah kehidupan berumah tangga? Yang ada hanya cinta cinta dan CINTA.
Dan Seorang suami
telah dikirimnya melalui untaian doa-doa yang mengalir disepanjang malam. Dan
malam itu, kami bermesra padaNya, mengucap syukur yang tiada habisnya, sesekali
airmata tak sanggup terbendung.
Malam itu sebenarnya
tak ada bedanya dengan malam –malam sebelumnya, ia selalu begitu. Selalu hangat
dengan cinta. Tak pernah lupa disetiap salam 2 rakaat, berbalik ke arahku yang
tepat disisi kanan belakangnya, merangkul dan meraih pipiku, dan menciuminya
sambil berkata “Terima Kasih, sayang…”
Tak pernah bosan membagi cinta,
sepertiga malam yang syahdu kami habiskan dalam pelukan Rabb kami. Terima kasih
atas pernikahan ini…
Sehangat pagi setahun
kemarin, kami berbagi cerita, sambil bernostalgia, perasaan masing-masing
menyambut akad berkumandang. Doa tak henti, shalawat tak berujung bergantian
menghias langit-langit mulut kami. Sambil tertwa sesekali, saling menimpali,
mesra sekali… (ada yang cemburu? :p)
Entah berapa lama
kami habiskan waktu bersama pagi itu, berdua saja bersama kicauan burung-burung
yang sedari tadi berputar-putar mengitari pandangan kami.
Dan adalah kado
terindah yang ia berikan pagi itu, kado kesekian, kado untukku dan untuk
malaikat keciku diperut yang akan disambut hangat penuh cinta kehadirannya,
cicilan muroja’ah hafalan 5 juz, diteras rumah. Lucunya, beberapa kali kami
mencoba sambil merekamnya, tak pernah berhasil tersave dengan matang. Wallahu
A’lam. Biar Allah dan para malaikatnya saja yang menjadi saksi :’)
Demikian aku mencintaimu dengan
caraku, dan kamu mencintaiku dengan caramu, bersama barakah, cinta akan menguatkan jalinan kita…
Setahun sudah aku
dan suami ku menjalani hidup penuh cinta, kata seorang padaku beberapa tahun
silam, setahun pernikahan adalah masa ta’aruf kita dengan pasangan. Tak cukup
bagiku hanya setahun, mengenal suamiku bukanlah perkara melewati masa, namun
membersamai masa. Waktu hanyalah titian semata, ia terus bergerak hingga nanti
ajal menjejang, dan surga menanti kami.
Setahun sudah aku
duduk dan berdiri di sampingnya, merasakan bau surga yang ia tancapkan
dipundaknya, mancari keberkahan rezeki bersama ikhtiarnya dan doa-doaku yang
mendampingi, ia ajarkan banyak hal tentang kehidupan. Ya, aku kini perlahan
berubah, berubah mengikuti ritme hidup
yang semakin berkah. Berkah karenaNYA dan karenanya.
Setahun sudah masa
pacaran kami, semakin sakinah mawaddah warohmah, jatuh bangun masalah semakin
menguatkan jalinan, tak ada masalah bagiku (menurutku) begitupun menurutnya. Ia
yang selalu mengajarkan untuk berucap lebih hati-hati, bertindak mawas diri
sebagaimana Allah mengawasi. Ia mengajarkan berbagi tanpa kenal, siapa? Dimana?
Kapan? Dan berapa banyak. Jujur, aku belum pernah menemui lelaki seperti
dirinya sebelumnya, lelaki selangit dengan keistimewaan surga, yang Allah
titipkan bertitel IMAM, bernama SYAFAAT.
Setahun sudah ia
mengenalkanku pada dinamika hidup, tertawa, tersenyum, terharu bahkan tak
sedikit airmata yang tertumpah. Tidak, tidak sama sekali karena bersedih,
melainkan karena kebagiaan yang di pancarkannya disetiap waktu. Ia ajarkan bagiamana hidup dengan segumpal rindu
tak terbendung yang terikat doa disetiap celah langit yang menghias.
Setahun sudah
doa-doa ku senantiasa melangit untuknya, tak kenal lelah ia pun tak henti
mengajarkan keagungan rasa kepada siapa saja, tak ada benci tak ada iri tak ada
maki tak ada caci, semua mengalir lembut. Yang ia tinggalkan hanyalah kebaikan
tanpa batas, kedermawanan seluas samudra, dan cinta yang tak kenal lelah.
Setahun sudah
bersama kami arungi bahtera kehidupan penuh arti, saling mengisi, saling
melengkapi, saling memberi dan saling bertukar bahagia. Tak terhitung syukur,
tak terbendung rindu, tak terbatas sayang melengkapi jejak langkah kami.
Dan setahun sudah,
kukenang akad nikah bersamanya, saat cinta membenih dalam gemuruh debar hati
dan bertumbuh untuk pertama kali.
“Tak habis cinta yang datang,
semakin membuka mata, bahwa inilah cinta yang sesungguhnya yang Allah kabarkan
kepada kita”
Masih di 24 februari
2014, kau katakan, hari ini hanya untukku, dan aku percaya sambil tersenyum
melihat keromantisanmu. Dan hari itu bertepatan pula dengan milad adik cantik
kita, ifa dan 33 minggu usia buah cinta kita didalam rahimku, bersama
memanjatkan doa terindah, semoga Allah memberkahi.
Tak lantas usai, kau
ajak aku menginjakkan seribu langkah menikmati hari penuh cinta bersama,
berdua. Seperti biasa kita menghabiskan banyak waktu di toko buku, melahap
durian manis bersama segerombolan anak kecil yang ngidam durian, menemanimu
rileksasi, menyantap mie naga super pedas yang kau inginkan sejak kemaren,
bercerita lepas dan saling berfoto layaknya sepasang kekasih yang kembali dan
kembali dimabuk asmara, dan hari itu kita tutup dengan bersama menyambut bahagia kepulangaan jamaah
umroh dibandara, dan kemudian menepi ke pinggir air terjun sambil saling mengucap
kata cinta dan janji mesra ditemani secangkir ice milo yang baru saja kutukar
dengan gope-an. Malam yang indah.
Kau tahu? Bahkan
hari-hari sebelumnya juga tak kalah indahnya?
Tak kan habis tinta
ini mengurainya satu persatu.
Lihatlah kami
sejenak saja, dan rasakan kebahagiaan yang mengalir deras disetiap detak
jantung. Karena cinta kami, maka Allah
ridho-i.
“Dan kini, lengkap sudah kebahagiaan
kita, sayang… Allah titipkan hadiah terindah kado pernikahan pertama kita,
malaikat kecil yang sebentar lagi akan hadir di dunia ini, jundi/ah yang kita
rindukan, dan bersamamu, aku berakar, tumbuh dan mekar…”
Akhir Sejarah Cinta
Kita
Suatu saat dalam sejarah cinta kita
Kita tidur saling memunggungi
Tapi jiwa berpeluk peluk
Senyum mendekap senyum
Suatu saat dalam sejarah cinta kita
Raga tak lagi saling membutuhkan
Hanya jiwa kita yang sudah lekat meyatu
Rindu mengelus rindu
Suatu saat dalam sejarah cinta kita
Kita hanya mengisi waktu dengan cerita
Mengenang dan hanya itu
Yang kita punya
Suatu saat dalam sejarah cinta kita
Kita mengenang masa depan kebersamaan
Kemana cinta kan berakhir
Di saat tak ada akhir
-M. Anis Matta, Lc-
“Selamat satu tahun sayang…”
Barakallaahuu Laka, wa Baaraka ‘Alaika wa Jama’a Bainakumaa fii Khaiir…
Aku mencintaimu, Lillah, Fillah, Billah, Ma’Allah…
-nay syafaat-
24 februari 2014