Aku menari dalam lamunanku, ku tatap seisi ruangan dan kutemani sang hati menghitung detik demi detik langkahku di bumi Allah.
Kuurungkan niatku untuk tidur, aku lebih memilih menikmati indahnya bulan dan bintang malam ini. sambil mendengarkan suara merdu lantunan ayat suci Al-Qur’an yang dibawakan oleh Mishary, aku begitu terhanyut. Kuselesaikan bacaanku “Dalam dekapan ukhuwah” karya Salim A Fillah dan melanjutkan muhasabahku di tengah sejuknya malam.
Tak berapa lama kemudian, aku mencoba berdiri, mengambil notebook jingga ku, kubuka perlahan dan kutemukan sebuah file berupa surat cinta untuk sang terkasih. Isinya sederhana, hanya beberapa bait lagu Ebiet G Ade
Di matamu masih tersimpan selaksa peristiwa
Benturan dan hempasan terpahat di keningmu
Kau nampak tua dan lelah, keringat mengucur deras
Namun kau tetap tabah
Meskipun nafasmu kadang tersengal
Memikul beban yang makin sarat
Kau tetap bertahan
Engkau telah mengerti hitam dan merah jalan ini
Keriput tulang pipimu gambaran perjuangan
Bahumu yang dulu kekar, legam terbakar matahari
Kini kurus dan terbungkuk
Namun semangatmu tak pernah pudar
Meski langkahmu kadang gemetar
Kau tetap setia
Setelah membaca surat cinta ini, aku tertegun dan kembali kuingat seorang gadis muda yang pernah kukenal setahun yang, sebut saja namanya “Gladis” ia adalah seorang pekerja seks komersial di kotaku. Ia tinggal berdua dengan ayahnya sebut saja Pak Jamal, seorang buruh tani yang tak lagi bisa menggunakan kedua bola matanya untuk melihat. Ibu Gladis sudah sejak lama meninggalkan mereka, hanya karena malu menerima nasib menjadi istri seorang buruh tani miskin yang buta. Kala itu Gladis masih kecil. Ia tak tahu apa-apa, ibunya pergi meninggalkannya tanpa menyisakan sedikitpun harta untuk mereka berdua, bahkan rumah berukuran 8 x 6 m yang selama ini mereka tinggali pun direbut olehnya dan dikontrakkan. Ayah Gladis hanya bisa pasrah menerima semua ini. ia hanyalah orang miskin yang pernah beruntung bisa menikahi ibu Gladis yang dulu adalah kembang desa. Namun, satu kesyukuran Pak Jamal, bahwa istrinya tidak mengambil Gladis dari sisinya. Ia begitu menyayangi Gladis, hingga nyawa pun relaia tukarkan demi keselamatan anaknya.
Setelah berpisah dari istrinya Pak Jamal kemudian membawa Gladis hidup serba kekurangan bersamanya, kadang dalam sehari mereka tak makan sesuap nasi pun. dan untungnya Gladis mengerti sedikit demi sedikit perjalanan kehidupannya bersama sang ayah. Sang ayah yang hanya buruh tani buta, tak ingin melihat anaknya menderita dan tak sekolah seperti dirinya. Gladis, layaknya anak-anak pada umumnya tumbuh begitu cantik, dengan pendapatan pas-pasan pak Jamal berusaha menyekolahkan Gladis mulai dari SD hingga meraih gelar sarjana. Itu janjinya pada Gladis. Dan ia menepatinya. Gladis kemudian bersekolah SD hingga SMA,dan pada saat memasuki bangku kuliah, disitulah perjalan kehidupan Gladis yang sesungguhnya dimulai.
“Gladis sangat sayang pada Bapak, Gladis tak lagi mau menjadi beban Bapak. Sudah cukup Bapak selama ini membantu Gladis untuk sekolah, dan sekarang tibalah saatnya Gladis membuat Bapak senang”
Itulah kalimat terakhir yang diucapkan Gladis sesaat setelah merenung sendirian di rumah kecilnya.
Itulah kalimat terakhir yang diucapkan Gladis sesaat setelah merenung sendirian di rumah kecilnya.
Yang ia fikirkan adalah bagaimana caranya agar Bapaknya tak lagi menjadi buruh tani. Dan sisa hidupnya ia gunakan untuk beribadah dan beristirahat di rumahnya. Gladis juga berjanji secepatnya akan mengumpulkan uang untuk operasi mata ayahnya dan membangun rumah sederhana untuk mereka berdua.
Aku kembali merenungkan kisah Gladis. Ia gadis yang baik hati namun...
Berbagai perusahaan kecil ia datangi untuk memasukkan lamaran kerjanya, berbekal ijazah SMA, agaknya ia sangat kesulitan untuk mendapatkan perkerjaan yang ia mau, kalaupun dapat gajinya tak seberapa. Sedangkan cita-citanya untuk ayahnya sungguh tinggi. Dan pada akhirnya jalan terkahir yang ia tempuh untuk mendapatkan uang yang banyak dalam waktu yang singkat adalah menjadi pekerja SEKS. Yah... pekerja SEKS untuk sementara katanya, ia hanya ingin ini berlangsung sebelum operasi mata ayahnya berlangsung, karena ia tak ingin ayahnya melihat betapa kotornya perbuatan yang ia lakukan dan uang haram yang ia peroleh.
Yah, dan Gladis berhasil, ia berhasil memperoleh uang yang banyak dari hasil kelakuan bejatnya tiap malam.
Gladis merahasiakan semua ini pada ayahnya, ia mengaku bahwa ia melanjutkan kuliahnya sambil kerja sambilan di restoran mewah, sehingga setiap pagi-sore hari ia di kampus dan malamnya ia gunakan untuk bekerja. Sungguh tragis kebohongan yang dilakukan Gladis. Ini semua demi ayahnya.
Pak Jamal begitu senang dengan segala usaha anaknya, ia selalu bangga dengan putri semata wayangnya itu. Ia tak pernah menyangka jikalau suatu hari ia bisa tinggal di rumah untuk beberapa waktu bersama putri semata wayangnya, menonton sambil bersenda gurau, bernostalgia akan masa lalu kelamnya bersama ibu yang tak lagi ia anggap sebagai ibunya dan mengingat kenangan-kenangan indahnya ketika melalui kerasnya perjuangan hidup yang mereka alami.
Dan kabar gembira bahwa sebentar lagi ayah Gladis akan operasi mata. Tentunya ini adalah kabar yang sedikit mengiris hati sang putri Gladis. Setelah ini ia berencana akan membawa ayahnya pindah keluar kota. Agar tak ada yang bisa memberitahukan kepada ayahnya apa yang selama ini Gladis lakukan diluar sana.
“Ayah, aku melakukan ini semua, Karena Aku Mencintaimu Lebih Dalam Dari Mentari Yang Mencintai Titah Tuhannya”
Gladis tahu ini salah, dan ini adalah perbuatan yang paling kejam yang sudah kulakukan padamu. Kulakukan ini demi menjaga hati dan perasaanmu. Engkau yang begitu ikhlas dan tanpa pamrih mengucurkan keringatmu sekian tahun demi menafkahiku, anak semata wayangmu tak pernah lelah melangkah demi menggapai mata air cinta ku. Maafkan Gladis ayah. Ini akan menjadi rahasia Gladis seumur hidup. Biarlah Tuhan yang membalas, aku hanya ingin melihat senyum dan kebahagiaanmu.
--------------------------------------------------------------------------------------
Aku kembali tertegun, dan perlahan kuhapus airmata yang mengalir di pipiku. Sungguh, cerita Gladis membuat malamku begitu sempurna. Aku sadar bahwa diluar sana masih ada sosok anak yang begitu mencintai dan sangat ingin membahagiakan ayahnya, walaupun cara yang ditempuhnya salah.
Semenit kemudian, kututup laptopku kembali dan ku rebahkan tubuhku di kasur. Dan yang kulihat adalah bayangan ayah, ayah yang telah meninggalkanku 6 tahun silam. Belum sempat kubahagiakan ia, seperti Gladis membahagiakan ayahnya.
Rabb,
Lapangkanlah kuburnya.
Terangilah ia dengan cahaya-Mu yang tiada pernah pudar.
Datangkanlah sosok tampan di hadapannya, sebagai wujud amal kebaikan beliau
selama ini.
Kutitipkan ia pada-Mu Ya Allah ...
Rabb,
Rahmatilah hamba sebagai anak shalehah, agar mampu mendoakan kedua orang tua hamba.
Sampaikan kepadanya, larik yang belum sempat kuverbalkan di hadapannya, bahwa
Aku mencintainya,
Mencintainya lebih dalam dari mentari yang mencintai titah Tuhannya...
Cinta anak kepada Ayahnya...
ReplyDeletehmm andai saja saya lebih peka :)
knpa dek knapa???
ReplyDeleteayo ayo mumpung belum terlambat...
:D
miris ya, baca kisahnya..
ReplyDeleterasa sayang dan cinta yang tidak diimbangi dengan pembangunan karakter dapat membuat langkah yang salah..
dan salah satu yang berpengaruh adalah peran ibu sebagai madrasah pertama dan utama..
nice posting Sahabat,
teruslah menulis kisah hikmah,
TETAP SEMANGAT dan SUKSES.
@andryahdaka :
ReplyDeleteterima kasih sudah meninggalkan jejak :)
iyah, miris melihat kebaikan dibalas dengan cara yang tidak benar.
mudah-mudahan melalui cerita ini sebagai anak, kita menjai lebih peka akan kasih sayang orang tua, dan berjanji setiap saat bisa membahagiakan mereka dengan cara yang baik :)
jalan-jalan ke tulisan yang lain yah :)
nice story, adek cantip... ^_^
ReplyDeletekeep writing! ^0^
wow... story indah....
ReplyDeleteliriknya tidak asing bagiku.... inikan nada sms hpku... yayaya... ayah!!!! kejam rasanya sikapku terhadapnya saat ini...... tidak sebanding dengan apa yang telah diberikan....
all its about alm.moms, dad.................
kak mirna : iih wow..ada kakak komix cantiip :* maluu...hhi :))
ReplyDeleteof course, selama nafas masi dikasi olehNya, saya siap mengutarakan isi hati dalm setiap untaian kata :) *alaaaaaayyyy...hhii
kakak 06 : siapakah dirimu kak? yup. smoga cerita ini cukup memberi perubahan untuk setiap anak di dunia ini. sedikit saajjjjaaa....
ohh :D
ReplyDeleteaku sekali dengan judulnya wha..
ceritanya miris banget tapi :(
iyah kak maya...sungguh miris melukai hati...
ReplyDelete#ehh...
yah, smoga kita tidak termasuk anak yang berbakti dengan cara yang tidak baik.
setidaknya kita belajar tentang CINTA luarbiasa yang ditunjukkan oleh si Gladis.
Amiin
ReplyDelete