Tuesday, January 22, 2013

Ibu Hamid..



Bismillahirrahmaniirrahiim,
Apa kabar lapak orangesku? Bahagia kah kau hari ini?

aku punya sedikit cerita haru yang ingin ku bagikan untukmu dan untuk semua pembaca cahaya-pertamaku..tenang aja, ini tidak seperti yang kau pikirkan, aku tidak akan bercerita panjang dulu tentang menanti kebahagianku. Ia masih dalam kotak oranges yang ku kemas sedemikian rupa, ada saatnya nanti ku bagikan bersama doa-doa yang kupanjatkan :’) *ishhh...apasiih :p

22 januari 2013, hari ini se-pelosok sulawesi selatan memilih, memilih calon pasangan gubernur dan cawagub untuk periode 5 tahun kedepan, semua instansi pemerintahan otomatis diliburkan tak terkecuali aku, ibu dan adik-adikku. *nah loh ! emang udah dari oktoberkan aku liburnya...hahaha.. (Baca : Gak ada kerjaan-alias-pengangguran) mmm... gak juga sih sebenarnya, toh aku masih kerja kok, kerja sama Allah, belum lagi sekarang udah ada usaha baru, dan kerjaan ‘super dadakan dan super menyibukkan’ untuk sebulan kedepan. Huff ! *lap keringat... Nah, trus hubungannya apa? PILKADA dan PEKERJAAN?!!! (-.-“)

Tunggu, sabar yah...

Jadi, jika ditarik kesimpulan, berhubung hari ini libur (liburnya cuma dipake buat nyoblos yang nggak nyampe se-menit) . Aku, dan ibu berencana sekalian silaturrahim ke beberapa tetangga habis nyoblos di TPS depan rumah. Kan udah beberapa bulan ini kita serumah itu, lagi SOK SIBUK (ceilahhh) sampe-sampe ke tetangga pun udah jarang silaturrahim nya. Berhubung ada waktu luang, yah udah dimanfaatkan saja, skalian kan bisa manggil buat hajatan tanggal 24 lusa.. (*INTINYA :p)

Nah, trus cerita harunya di mana??? (nanya tembok :p)

Dari beberapa rumah  yang kami kunjungi, seperti biasanya kan, ibu tuh kalo cerita, uwiiisshh...semangatnya minta ampun menggelora luar biasa..cetaarrr membahana badai, sampe-sampe ibu-ibu yang mendengarkan ceritanya ibu itu ikut senang bahagia luar biasa, mau ngomong juga susah :’) bukan! Bukan susah karena saking bahagianya, mereka ngomongnya susah, karena tiap kali mau ngomong kalah duluan sama ibu (-.-“) *Damai IBUku sayang...hikikiki...

Setiap rumah yang kami kunjungi punya kesannya masing-masing, hingga tibalah kami di rumah salah seorang tetangga yang juga seorang janda seperti ibu (skefo : di lingkungan sekitar rumah itu, ada 3 rumah yang saling berdekatan yang isinya janda semua, salah satunya yah ibu) namanya Ibu Hamid, jujur aku nggak tau nama aslinya siapa, soalnya semua ibu-ibu disini kebiasaan dipanggil dengan nama suaminya. Semisal ibuku yang dipanggil IBU YUSRAN, trus samping rumah IBU MAKMUR, depan rumah IBU RASYID dst... padahal jelas banget kan sapaannya IBU (wanita) ehh kok belakangnya malah nama PRIA (>.<) , it means suatu saat aku juga bakalan dapat panggilan IBU *tiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiit* (belum LULUS SENSOR :p) huaaaa.... nasib :’)
Oke lanjut yah, jadi ketika kami bertamu di rumah Ibu Hamid ini, suasananya tuh langsung berubah drastis, yang tadinya di rumah-rumah sebelumnya semuanya pada bahagia, tersenyum, tertawa, sumringah, cengengesan, dan kawan-kawan. Ketika memasuki rumah ini, apa yang kemudian terjadi? Tau nggak? Terjadilah pertumpahan air mata (TTTTTT_________TTTTTTT) . What happen tanyaku?? Padahal ibu tuh membuka pembicaraan sama sumringah dan hebohnya ketika membuka topik di rumah-rumah tetangga lainnya. Lalu??

Perasaanku emang sudah nggak karuan sebelum memasuki area ini, aku tahu persis bagaimana karakter Bu Hamid yang begitu lembut dan halus dalam berbicara, yang begitu peka dan sensitif dalam merasa, dan begitu berhati-hati dalam bertindak. That’s why, Ibu yang juga seorang janda ini mudah sekali meneteskan air mata, bahkan untuk kabar gembira yang baru saja ia dengarkan T_T

Ya Allah..sebegitu tulusnya ibu ini, bahkan aku tetangga dekat yang terakhir kali bertemu dengannya pada saat taksiyah hari terakhir meninggalnya alm. Suaminya Pak Hamid dibuatnya tak kuasa menahan air mata :’) . Bu, aku ini bukan anak kandungmu, aku hanya tetangga dekatmu yang jarang sekali bersilaturrahim ke rumahmu, sebegitunya bahagianya kah engkau akan kedatanganku dan ibu ke rumahmu?

Jujur aku tak pernah menyangka respon mu seperti itu, sembari kau tak henti meneteskan air mata dan sesenggukan menatap ibu yang asyik bercerita tentangku. Aku pun tak kuasa menahan linangan air mataku tumpah ruah melihatmu begitu terharu. Sesekali kau timpali percakapan itu dengan kesedihanmu  menjalani hidup seorang diri tanpa seorang suami lagi di sisimu. Membesarkan 4 orang anak yang masih bersekolah. Dalam kisahmu, Tak jarang kau mengakui menyesali kepergian suamimu dengan teriakan, kekecewaan, dan kemarahan pada dirimu sendiri dan pada takdir yang Allah berikan padamu. Padahal jika kau tahu, Allah begitu cinta padamu atas segala kehendakNya.

Bu Hamid, aku mencintaimu karena Allah :’)

Aku belum pernah merasakan bahagianya memiliki tetangga sepertimu. Kau yang rapuh yang selalu takjub dengan ketegaran ibuku membesarkan anak-anaknya selalu tawadhu’ di depan setiap orang, bahasamu yang halus dan tingkahmu yang lemah lembut menjadi perisai mahkota bagi anak-anakmu kelak. Ibu yang baik, kelak kerapuhanmu akan dibalas kekuatan super dahsyat dariNya, tenang saja Bu, ada Allah yang Maha Besar atas segala KekuasaanNya :’)
Aamiiin...

Ibroh dari cerita atas sebenarnya mengingatkanku kembali pada Ibu T________________T .Kau tahu kan bagaimana aku dibesarkan olehnya? (aku tidak akan bercerita disini sebelum lapakku berubah jadi sungai ciliwung atau bundaran HI beberapa hari yang lalu (-.-“!)) aku tak akan seperti ini sekarang jika beliau mungkin rapuh seperti kisah Bu Hamid tadi. That’s why, i’m so grateful and thankful for having her, always...
Dan satu lagi, jika ada ibu yang selalu membuatku bahagia dan kuat sampai sekarang, tentunya itu tak lepas dari kasih sayang alm.ayahku semasa hidupnya. Ia bagaikan kekuatan yang selama ini membayangi kehidupan Ibu, yang membuat ibu terus tegar walau dalam hati mungkin saja ia tak kuasa menahan tangis. Adalah ayah yang menjadi sosok inspiratif yang selalu diceritakan ibu dengan raut wajahnya yang begitu sumringah, yang begitu bangga, yang begitu luar biasa di hadapan orang-orang. “Inilah suamiku, suami yang paling baik, yang tak ada samanya di dunia ini. Ibu, hanya bisa berdoa, semoga kelak anak ibu bisa mendapatkan suami seperti ayah, atau menjadi seorang suami seperti ayah” katanya dengan tulus..

Aah..Ibu :’) *kau lagi lagi membuatku menangis...

Dan ayah, semoga kau tenang disana..
Andai kau tahu, betapa bahagianya anakmu saat ini...:’)


Dalam hening waktu ashar dan deraian airmata
Kamar cantikku
-Nay-


3 comments:

  1. whuaahhhh...
    Diks, ayo kita berpelukan.. :')

    ReplyDelete
  2. Dang, I just entered a good plus detailed brief review, when I could to post it this Ie gone down.
    Maybe it was in some way kept or perhaps must i replace this?
    Feel free to surf my page Criminal Search

    ReplyDelete

-Blog Of Friendship-

Photobucket

Followers