Aku, Cinta, dan Malaikatku
Malam ini kau hadir lagi bersama keangkuhan diriku
Hanya senyum tanpa interupsi
Namun demi Cinta !!
Kudengar kicau riuh burung pipit surga dalam lemah suaramu
Kulihat jejak-jejak langkah kecil tertatih dalam letih matamu
Kurasakan gelora semesta dalam hangat senyummu
Kaulah Malaikatku ….
Bahagia dan kerajaannya adalah tasbih suci malaikatku di ujung ujung malam
Duka dan mahkotanya adalah haram dalam setiap tetes air matanya
Terus memintal benang benang emas dalam tenunan air sungai hijau
Malaikatku adalah harum bunga anggrek biru musim semiku
Tungku tungku pemanas dalam musim dinginku
Senandung rindu di musim gugurku
Dan bukanlah fatamorgana yang menipu musafir dimusim panasku
Namun demi Cinta,
Cinta adalah musim itu sendiri
Dan musim adalah waktu
Dan waktu seperti setan mengubah putih menjadi hitam
Menaburkan benih benih ilalang di padang rerumputan
Dan Malaikatku pun tertinggal di lembaran-lembaran lusuh
Hingga aku terbang dengan sayap sayap cupid
Berkelana di ratusan jiwa
Menghadirkan cinta tanpa Cinta
Dan sayap sayapku patah karena panah cintaku sendiri
Dalam redup pijar lilin
Malaikatku tertelungkup dengan tangan diwajahnya
Melepuhkan patung patung emas sepuhan
Mengirimkan sejuta kupu-kupu
Untuk membawaku kembali
Di lembaran-lembaran lusuh dan lilin yang tinggal sepenggal
Dalam riuhnya kicau burung pipit surga dan jejak jejak kecil
Kutemukan semesta berhenti dalam genggaman malaikatku
Tanpa musim tanpa waktu
Dan malam ini aku hadir lagi bersama malaikatku
Hanya kaku tanpa kata
Namun Demi Cinta!!
Aku akan mengerti ….
*puisi yang saya temukan dalam setumpuk file "kurang jelas" di lappy.ku :)*
No comments:
Post a Comment