Tuesday, January 25, 2011

Mbok Narti..

Assalamu Alaikum Wr Wb..
Selamat malam sahabat-sahabatku yang luar biasa...
Malam ini saya akan berbagi kisah inspiratif buat sahabat2 semua..
judulnya : MBOK NARTI, smoga bermanfaat...
slamat membaca...
ˆ)

Mbok Narti...
Begitu kami sekeluarga memanggilnya. Usia-nya sudah 60 tahun namun kegagahan dan kegesitannya justru membuat sosoknya terlihat 10 tahun lebih muda. Mbok Narti baru bekerja beberapa minggu di tempat kami. Seorang tetangga membawanya ke rumah ibu ketika mengetahui bahwa kami membutuhkan asisten di rumah kami. Ayah yang sudah sakit dalam 8 bulan terakhir tentu menyita waktu ibu untuk mengurusnya. Alhasil pekerjaan rumah tangga sedikit 'keteteran' karena kami bekerja seharian di luar rumah.

Alhamdulillah, kami dapat bernafas lega ketika mendapatkan bantuan mbok Narti ini. Setiap ba'da shubuh dia sudah rajin bekerja dari mencuci, memasak dan menyetrika. Mbok Narti tidak pernah mengijinkan ibu untuk membantunya, alih-alih mbok Narti menyarankan ibu untuk konsentrasi menyiapkan dan mengurus keperluan ayah yang sedang sakit.

Mbok Narti hidup sebatang-kara di dunia ini, begitu informasi yang kami dapatkan lewat tentangga. Dia tidak pernah menceritakan asal-usul dirinya dengan jelas. Mbok Narti, sosok baru di rumah kami ini langsung menjadi idola. Senyumnya tidak pernah lepas dari bibirnya. Pekerjaan dia selesaikan dengan giat dan gesit.
Setiap malamnya tidak pernah dilewatkan mbok Narti dengan bersimpuh di hadapan Sang Khaliq. Selalu khusyuk dalam sujud dan do'a-nya.

Dan suatu hari, setelah hampir tiga minggu mbok Narti bekerja di rumah kami. Tiba-tiba kami kedatangan seorang tamu. Seorang dokter dari Jakarta. Awalnya kami agak terkejut dengan maksud dan tujuan dokter tersebut untuk menjemput mbok Narti. Astaghfirullah, kami sempat bersu'udzon tentang sesuatu hal yang buruk yang pernah terjadi kepada si mbok ketika bekerja di Jakarta dahulu. Namun,
dokter yang ternyata bekas majikan si mbok tersebut justru memohon maaf kepada kami untuk menjemput mbok Narti karena si mbok dirindukan oleh anaknya. Rupanya putera si dokter meminta ayahnya untuk datang ke rumah kami menjemput mbok Narti. Ah, rupanya ada yang merindukan si mbok di sana.

Si dokter itupun bercerita bahwa anak bungsu-nya tidak mau makan sejak mbok Narti pulang ke kampungnya. Persis seperti di sinetron-sinetron memang, namun itulah fakta yang terjadi. Entah apa yang membuat mbok Narti berhenti bekerja dari rumah si dokter tersebut sebelumnya. Namun dari kehidupan, tindak-tanduk mbok Narti yang baru beberapa minggu di rumah kami, mbok Narti adalah sosok yang sangat baik dan mendekati sempurna sebagai asisten keluarga kami.

Akhirnya kami pun harus melepas mbok Narti dengan berat hati. Walau baru beberapa minggu bekerja di rumah kami, namun kesan yang ditinggalkan begitu mendalam. Terus terang, kami tidak pernah mendapatkan asisten rumah tangga seperti sosok mbok Narti ini.

Satu minggu berlalu sejak kepergian mbok Narti dan tetanga kami yang pernah mengantarkan si mbok datang untuk mengambil uang gaji mbok Narti yang belum sempat kami bayarkan. Memang ketika mbok Narti dijemput dahulu, dia berpesan agar gajinya dititipkan saja ke tetangga kami itu.

Satu hal yang sangat mengejutkan kami adalah ketika si tetangga bercerita bahwa uang gajinya mbok Narti akan diberikan kepada Yayasan yatim piatu di kampung mbok Narti. Rupanya selama ini dia menyerahkan seluruh penghasilannya sebagai asisten kepada si tetangga untuk diberikan kepada Yayasan tersebut setiap
bulannya. Bagi si mbok, dengan bekerja di suatu tempat, mendapat jaminan tempat berteduh, mendapat makan, itu sudah lebih dari cukup buat dia. Sedang penghasilannya (gajinya) dia anggap sebagai rejeki anak-anak yatim itu.

Subhanallaah... dalam asma Allah dan hati yang bergetar penuh haru, ternyata baru kami sadari bahwa kami ini bukan apa-apa dibandingkan dengan mbok Narti. Setiap saat kami hanya memikirkan diri kami sendiri. Setiap saat kami hanya memikirkan makan apa besok, membeli baju dan kosmetika, rencana liburan dan hal
lain yang tak bukan hanya untuk keperluan diri kami sendiri. Di sisi lain mbok Narti yang 'cuma' sebagai asisten rumah tangga yang mungkin gajinya tidak seberapa untuk ukuran orang yang mampu, justru dia sumbangkan semuanya -semuanya!- kepada orang-orang yang tidak mampu.

Ah, lewat mbok Narti kami seakan di'sentil' Allah agar cepat-cepat membuka mata dan hati kami yang selama ini tertutup, bahwa hidup ini bukan hanya untuk hari ini dan esok. Bahwa hidup ini bukan hanya untuk sekedar mencari makan dan belanja pakaian. Namun, hidup ini justru menjadi lebih berarti ketika kita dapat
membagi kebahagiaan kita kepada orang lain.

Mbok Narti,
Sungguh teladanmu melorotkan tulang-tulang kesombongan kami...
Sungguh kerendah-hatianmu meruntuhkan keangkuhan kami...
Sungguh kedalaman sujud-sujud malammu, menggetarkan sukma kami...
Sungguh kedermawananmu membuat kami malu di hadapan Tuhan kami,
Astaghfirullaah.
Sungguh, kami merindukanmu mbok.

sumber : Rosanti K Adnanyose@ratelindo.co.id

3 comments:

  1. postingan yang betul betul menggugah...
    sempat juga merasa ada sentilan kecil ketika membaca postingan ini...
    mantap..
    ditunggu kisah inspiratif berikutnya...

    ReplyDelete
  2. ada posting cerita yg lebih menggugah g' ????

    ReplyDelete
  3. intuisiq : makasih :)) iyah insya ALLAH..

    anggang : iyah anggang..bnyakji.. nanti saya postingkanki.. :)) okok..tunggu saja..

    ReplyDelete

-Blog Of Friendship-

Photobucket

Followers